Kenapa Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan?

  • Bagikan
الإنسانية قبل التدين‎

Saya heran, kepada mereka yang menghakimi sesuatu, tanpa menyelidiki akar masalahnya. Seperti kasus slogan al-Insaniyah Qabla Tadayyun (kemanusiaan sebelum keberagamaan), slogan yang diusung oleh al-Habib Ali al-Jifri.

Mereka yang sok agamis, langsung murka ketika mendengar slogan ini. Seakan agama mereka dibakar. Tentu saya paham mengapa mereka marah besar. Tiada lain, lantaran ketidaktahuan mereka mengenai slogan ini.

Nah, perlu dipertegas lagi, untuk menghakimi sesuatu, kita perlu memerhatikan detail masalahnya satu-persatu. Jangan sampai ada yang kelewatan. Begitu pun mengenai slogan ini. Kita harus tahu terlebih dahulu dari sumbernya langsung, yakni guru kita semua al-Habib Ali al-Jifri.

Apakah slogan al-insaniyah qabla tadayyun menomorduakan agama?

Tentu tidak! Slogan ini bukan humanity above religion (kemanusiaan sebelum agama), melainkan humanity above religionsity (kemanusiaan sebelum keberagamaan). Ya, selogan ini bukanlah al-insaniyah qabla din (kemanusiaan sebelum agama), melainkan qabla tadayyun (sebelum keberagamaan).
Jadi, sangat tidak nyambung, bila ada yang menolak slogan ini, dan ditabrakkan dengan agama. Al-Habib Ali al-Jifri saja, menolak dengan tegas bila ada yang mengatakan kemanusiaan sebelum agama. Karena tidaka ada yang patut diunggulkan dalam kehidupan ini, selain agama. Bila ketidaksetujuannya terletak pada menomorduakan agama, maka berarti kita sama; tidak berbeda. Karena kami dengan tegas menolak dengan tegas, bila ada yang mengatakan kemanusiaan sebelum agama.

Emangnya, apa perbedaan kata sebelum agama dengan sebelum keagamaan?

Bila pertanyaan ini muncul dari orang awam, saya maklum dan akan saya jelaskan. Namun, sangat aneh bila pertanyaan ini muncul dari figur yang dengan lantang membedakan antara toleransi antaragama dengan toleransi antarumat beragama. Sangat aneh bila tidak bisa membenakan antara kata din dan tadayyun.
Baik, akan kami jelaskan perbedaannya.
Agama itu tuntunan dari Allah. Tidak perlu disangsikan lagi. Namun, kita manusia memiliki akal yang terbatas, dan berbeda-beda. Memahami tuntunan itu pun, kita juga berbeda. Pemahaman kita atas agama itulah yang dimaksud keagamaan. Pemahaman kita, ya, tentu saja sangat terbatas dan tidak sempurna.

Lantas, apa yang dinomorsatukan?

Jawabannya jelas, agama Islamlah yang nomor satu. Namun, pemahaman kita atas agama tidak bisa dinomorsatukan.
Sedangkan hakikat ajaran Islam, tidak satu pun yang bertentangan dengan Islam. Jadi, bila pemahaman kita kepada salah-satu ajaran Islam bertentangan dengan kemanusiaan, besar kemungkinan, pemahaman kitalah yang salah. Karena ajaran Nabi Muhammad sama-sekali tidak bertentangan dengan agama.

Jadi, Bagaimana Memahami Kemanusiaan Sebelum Keberagaamaan yang Baik dan Benar?

Mudahnya, agama bagaikan air, sedangkan kemanusiaan adalah wadah. Air pada mulanya memang jernih. Namun, bila dituangkan kepada wadah yang kotor, maka air jernih tadi pun terkotori.
Jangan anggap ini airnya yang salah. Wadahnyalah yang seharusnya dibersihkan terlebih dahulu, sebelum menuangkan air ke dalamnya.

  • Bagikan

Saya bahagia jika Anda menanggapi artikel ini!